Selasa, 21 April 2009

Belajarlah untuk tegas dalam hal apapun juga

Tegas dalam menggunakan waktu dengan baik, perangkap terbaik setiap waktu adalah melakukan hal yang harusnya bukan prioritas untuk hari itu. Banyak waktu yang akhirnya terbuang dengan sia-sia dan setelahnya hanya penyesalan "semoga bisa mengulang hari yang telah berlalu itu".

Tegas dalam menyikapi perasaan mana yang harus dipelihara dan perasaan mana yang harus dibiarkan. Saya tidak menyukai ini, saya tidak setuju dengan ini, ini bertentangan dengan prinsip saya ada baiknya terkadang sikap “taking in for granted” memang ada baiknya, leave the good to get the best one. Berapa banyak dari kita yang akhirnya bisa menggunakan tantangan meninggalkan yang baik untuk mendapatkan yang terbaik. Begitu sulit keluar dari perangkap "masih terpaku di depan pintu yang sudah tertutup hingga lupa melihat pintu lain yang terbuka". Ini memang baik bagi saya, belajarlah melihat ada kemungkinan yang lain dibalik hal yang baik ini? bagaimana mengenali apakah yang sekarang ini adalah yang baik dan saya bisa melihat yang terbaik itu. Peka, peka dan ada dampak apa yang dirasakan saat itu.

Tegas dalam menghargai diri sendiri, hargailah diri sendiri dan tiap keputusan yang telah dibuat, berhenti menyesali dan menghukum diri sendiri dua cara yang bisa membawa kita kepada pemahaman bahwa saya mendukung diri saya dengan apapun kelemahan yang saya miliki. Setiap waktu telitilah percakapan apa yang sedang terdengar dalam hati maupun pikiran kita. Suasana hati yang berubah-ubah, up and down semangat setiap saat. Bertanyalah setiap saat kepada diri kita sendiri, perasaan apa yang sedang kita alami, jujurlah, jangan berusaha menutupi apa yang sedang dirasakan saat itu. “Apa yang saya rasakan saat ini?, “mengapa?”, “adakah sesuatu yang bisa saya lakukan untuk mengatasi keberadaan perasaan ini?”. Terlalu sering kita terlena dalam perasaan sangat bersalah dan terus menyalahkan diri sendiri, yang kadang kenyataannya bukan akibat perbuatan kita.
Terus menerus menghujani diri dengan kritikan dari dalam hati, bercampur dengan kegalauan makan hasilnya dapat dipastikan kita sulit berpikir realistis, hilang kendali atas suasana saat itu. Terkadang sesuatu "soal" diberikan berulang-ulang kepada kita, maksudnya supaya kita belajar bagaimana menyelesaikannya, menguji apakah kita benar-benar lulus dalam ujian menjawab soal itu, toh kalau ternyata gagal lagi, kemungkinan besar ujian berlevel sama atau level lebih tinggi diuji. Ujilah Tuhan apa yang ada dalam hatiku dan dalam hidupku. Tuhan begitu bijaksana melihat dan memahami "soal" mana yang belum kita jawab dengan benar. Karakter apa yang Tuhan mau kita miliki selama ada di dunia ini? Jadi, tegaslah untuk hari ini dengan diri kita.